Tolongshareya
– Sahabat tolongshareya Perlu diketahui bahwa amalan yang pertama kali akan
diperhitungan adalah sholat. Shalat merupakan salah satu amalan utama seorang
Muslim. Meski menjadi rukun Islam kedua, shalat merupakan amalan pertama yang
akan dihisab di Hari Kiamat kelak. Ketika shalatnya baik, maka amalan-amalan
lain pun akan dihukumi baik. Dan saat shalatnya bermasalah, maka amalan-amalan
lain pun akan dihukumi serupa.
Shalat
sudah ditentukan waktunya. Ia haram dikerjakan di luar waktu, kecuali karena
hal-hal tertentu yang dibolehkan syariat. Seperti syariat qadha tatkala
seseorang benar-benar lupa atau tertidur untuk urusan yang selaras dengan
peraturan syariat.
Saking
pentingnya shalat, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam senantiasa melakukannya
tepat waktu. Beliau juga menganjurkan umatnya untuk disiplin dalam shalat.
Dianjurkan untuk bergegas mendatangi masjid saat adzan, apa pun aktivitas yang
tengah dikerjakan.
Namun,
ada satu riwayat agung dari Imam al-Bukhari yang menyebutkan bahwa Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam menunda shalat, tatkala iqamah sudah
dikumandangkan. Tentu, beliau melakukan hal ini lantaran pentingnya amalan ini.
Diriwayatkan
dari sahabat mulia Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, iqamah sebagai tanda akan
dimulainya shalat telah dikumandangkan. Lalu datanglah seorang Arab Badui yang
memegang baju Nabi seraya bertutur, “Aku masih ada keperluan kepadamu. Memang
sedikit. Tapi aku takut lupa.
Meski
iqamah telah dikumandangkan dan shalat siap didirikan, sahabat Anas bin Malik
Radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Rasulullah pun beranjak untuk memenuhi
keinginannya, lalu kembali lagi untuk mendirikan shalat.”
Allahu
akbar walillahil hamd.
Sebagai
awalan dalam riwayat yang dikutip oleh Dr Muhammad ‘Ali Hasyimi dalam Membentuk
Pribadi Muslim Ideal menurut al-Qur’an dan as-Sunnah ini, sahabat mulia Anas
bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sungguh Rasulullah itu penyayang.
Tidaklah datang seseorang kepada beliau, kecuali beliau akan berjanji
kepadanya. Beliau akan memberikan kepada orang tersebut jika beliau
memilikinya.”
Inilah
teladan yang banyak dilupakan oleh para kaum Muslimin sebagai duta-duta dakwah.
Banyak di antara mereka yang hanya fokus kepada amalan ritual hingga melupakan
amalan yang bersifat sosial, padahal keduanya memiliki kedudukan yang sama
pentingnya dalam upaya penghambaan kepada Allah Ta’ala.
Akan
tetapi, riwayat ini tidak boleh disalahtafsirkan sebagai dalil untuk menunda
shalat. Seharusnya, hadits ini merupakan pelecut agar kita bergegas melakukan
amal lain dan segera mendatangi masjid setelah shalat, lalu melanjutkannya
setelah shalat dikerjakan.
Amat
benarlah Nabi dengan ucapan dan perbuatannya.
Semoga
bermanfaat.