Tolongshareya – Sahabat tolongshare
kaum muslim tentu mengerti akan dzikir, sebab dengan berdzikir mampu
membentengi diri kaum muslim dari setan, namun ternyata tidak selamanya dengan
dzikir orang tersebut bisa jauh dari setan dan yang ada malah sebaliknya?Berikut
penjelasannya
Dzikir merupakan ibadah
yang dapat menenangkan hati. Dzikir bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja,
Tanpa batas. Bahkan dianjurkan untuk dilakukan sesering mungkin. Semakin banyak
waktu yang digunakan dan jumlah bilangan dzikir, maka seorang hamba akan semakin
dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Namun, ada satu kejadian
yang dialami salah satu murid Imam al-Ghazali. Pada gurunya, Sang murid
mengaku. Semakin rajin berdzikir, mengapa ada orang yang justru semakin dekat
dengan setan terlaknat?
“Syaikh,” tuturnya,
“bukankah dzikir bisa membuat seorang beriman lebih dekat dengan Allah Ta’ala
dan setan akan berlari darinya?”
“Benar,” jawab Imam
al-Ghazali.
“Namun kenapa ada orang
yang rajin berdzikir justru malah semakin dekat dengan setan?” lanjut sang murid.
Laki-laki yang diberi
gelar Hujjatul Islam ini ini pun bertutur, “Bagaimana pendapatmu, Bila ada
orang yang mengusir anjing, namun dia masih menyimpan tulang dan berbagai
makanan kesukaan anjing di sekitarnya?”
“Tentu, anjing itu akan
kembali datang setelah diusir.” jawab sang murid.
Imam al-Ghazali
menjelaskan, demikian juga dengan orang-orang yang rajin berdzikir namun masih
menyimpan berbagai penyakit hati dalam dirinya. Setan akan terus datang dan
mendekat bahkan bersahabat dengannya.
Penyakit hati tersebut adalah
kesombongan, iri dengki, syirik, kasar, dan berbagai penyakit hati lainnya.
Ketika penyakit-penyakit itu menghinggapi diri seorang hamba, maka setan
terlaknat akan senantiasa datang, mengakrabkan diri, kemudian menjadi sahabat
karibnya.
Sahabat tolongshareya Inilah
esensi dari dzikir yang kerap dilupakan oleh mayoritas kaum Muslimin. Mereka
hanya fokus pada dzikir jahr dan melupakan dzikir sirr. Mereka lebih suka
dzikir ritual dibanding dzikir dengan perbuatan. Mereka hanya berhenti pada
dzikir berjumlah, tapi melupakan akhlak yang seharusnya menjadi bukti pertama
dari bagusnya dzikir yang dilakukan.
Maka kita sering melihat,
banyak orang yang rajin berdzikir, namun tetap sibuk dengan hal yang sia-sia.
Banyak pula orang yang ikut berbagai majelis dzikir, namun kelakuan dan
kehidupannya justru semakin jauh dari nilai-nilai Ilahi.
Meskipun, mereka masih
lebih baik daripada orang buruk yang tidak berdzikir. Sebagaimana dinasihatkan
oleh Imam Ibnu Athailah as-Sakandari, “Orang yang lalai saat berdzikir lebih
baik daripada orang lalai yang tidak berdzikir.”
Semoga informasi diatas
mengingatkan kita semua akan bahaya penyakit hati dan semoga bermanfaat.
Sumber: islamidia.com