Tolongshareya – Sahabat tolongshareya
bersyukurlah kalian yang masih memilih ibu, sebab tidak sedikit orang yang
sudah tidak memiliki ibu hidupnya penuh penyesalan dengan apa yang dilakukan
kepada ibunya. Sebelum anda menyesal baca renungan ini.
HUH! Apaan sih Ibu, aku
udah segede gini masih juga diomelin, malu tahu ama tetangga.,” Gerutu itu
hanya tersampaikan dalam dan lewat hati saja Pasalnya, sepulang kerja melihat
aku langsung tiduran padahal beliau sedang masak untuk santapan nanti malam.
Aku mendiamkan saja omelan
Ibu ketimbang jadi keributan. Walau telinga panas, aku menyiapkan sikap cuek.
Diam di kamar dan berselancar di facebook.
“Kangen Ibu. Jika ada Ibu pasti aku bisa cerita.”
Satu status diposting oleh
temanku semasa kuliah. Namanya Nuri, terkenal sebagai cewek yang ceria dan tidak
pernah mengeluh di sosmed.
“Nuri kenapa? Maaf kepo.”
Tulisku dalam sebuah komentar.
Tidak menunggu waktu yang
lama, kemudian kami terhubung lewat jalur privacy inbox.
“Mamakku udah meninggal,
Lis.”
“Kapan, Say?”
“Udah ada sebulan yang
lalu. Aku kangen sama Ibu. Mana sekarang lagi hamil, pengen sibuin dekat sama
beliau.”
Aku merasa tertampar oleh
berita ini. Sungguh, sampai kini, aku rasanya belum bisa membayangkan
kehilangan orangtua untuk selamanya.
“Nuri yang sabar ya. Jaga
kesehatan disamping terus mendoakan Ibu,” balasku lagi.
“Iya. Tapi aku sedih
banget, ada satu permintaan terakhir Ibu yang tidak aku turuti meski kutahu itu
larangan dokter.”
“Apa itu?”
“Ibu minta aku masak sayur
asem kesukaannya. Jika saja itu aku turuti pasti gak menyesal seperti sekarang.
Aku bodoh.”
Aku mulai menangis, walau
tak pasti kutahu Nuri bersedih bisa jadi juga sambil
meneteskan airmata.
Kemudian Nuri kembali berbagi
cerita tentang Ibunya. Tentang semuanya dan itu menyadarkan betapa aku masih
beruntung. Hari ini masih bisa mendengar omelan Ibuku walau tadinya sempat
membuat jengkel di hati.
Nuri juga berpesan agar
aku sebisa mungkin jangan mengecewakan Ibu. Selagi ada waktu, bahagiakan semaksimal
mungkin. Jika sudah tiada, apapun itu tidak bisa menebus kerinduan untuk
bersamanya barang sejenak.
Selepas obrolan berakhir,
kuhampiri Ibu, yang kutemukan hanya sebuah senyuman. Aku menyuruhnya ke depan
saja, membereskan dapur biarlah bagianku.
Kita tak pernah tahu,
seberapa lama waktu yang diberikan untuk bersama. Mari kuatkan niat untuk
membahagiakan orangtua selagi masa tidak menjadi penghalang untuk berbakti pada
mereka.
Semoga artikel kali ini
menggugah hati para pembaca untuk selalu menyayangi ibu setiap saat,dimanapun,
kapanpun dan dalam kondisi apapun.