Tolongshareya – Sahabat tolongshare
Predikat janda seringkali diremehkan dan dipandang buruk. Bahkan tak jarang
kita temukan di masyarakat, orang-orang yang mengolok-olok, menghina atau
bercanda soal janda.
Bagaimana mungkin mereka
tega menghina janda. Seburuk apapun si janda, mereka tak berhak dihina. Lagipula,
banyak juga sosok janda yang justru menemukan kecemerlangan dalam hidup
lantaran menjalani ujian tanpa suami dengan sabar.
Entah apa maksudnya,
sekumpulan laki-laki yang belum menikah dan beberapa suami baru bercanda soal
janda. Bermula dari salah satu oknum yang membagikan berita tentang banyaknya
jumlah janda sebab pernikahan tanpa ilmu dan iman, gurauan mereka semakin tidak
manusiawi. Terlalu berlebihan hingga amat nyata menghina status janda.
Salah satu di antara
mereka berkata, “Sayang banget nikah sama janda. Sayang khitannya.” Dan banyak
lagi kalimat-kalimat meremehkan, yang semakin menunjukkan dangkalnya logika
mereka sebagai seorang manusia yang sudah pasti terlahir dengan perantara ayah
dan ibunya.
Sahabat tolongshare bercanda
itu boleh. Tapi ada syaratnya. Salah satunya tidak bercanda dengan sesuatu yang
berbau dusta. Kedua, tidak berlebihan dalam bercanda. Apabila dua syarat itu
dilanggar, bercanda seseru apa pun akan menjadi dosa. bila sudah dosa,
pembahasannya akan sangat panjang.
Tatkala seseorang bergurau
tentang janda, saya hanya berpikir bahwa otak mereka sedang kacau. Saya tidak
berani mengatakan tidak waras, sebab tahu bahwa mereka bisa berpikir dengan
baik. Hanya saja, mereka enggan melakukannya.
Bagaimana mungkin mereka
tega menghina janda, seburuk apa pun si janda itu, tatkala ada begitu banyak
sosok-sosok yang ditinggal suami dan justru menemukan kecemerlangan dalam hidup
lantaran menjalani ujian tanpa suami dengan sabar.
Bukankah 10 dari 11 istri
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam adalah para janda? Dan hanya satu yang
dinikahi dalam keadaan belum bersuami.
Artinya, jika kalian
hendak berlaku ekstrim, maka nikahlah pertama kali dengan janda saat usia
kalian 25 tahun dan janda itu berumur 40 tahun layaknya Nabi yang menikahi Ummu
Khadijah.
Bukan hanya itu! Nikahilah
seorang wanita yang sudah dua kali menikah, atau kalian harus menjadi laki-laki
ketiga sebagaimana jalan yang telah ditempuh oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
sallam.
Setelah istri pertama
meninggal dunia, jangan dulu menikahi wanita yang belum pernah menikah dengan
usia belasan tahun. Karena, istri kedua Nabi adalah Ummu Saudah binti Zum’ah
yang kala itu berstatus janda beranak empat atau lima.
Baru setelah itu, silakan
nikahi wanita yang belum pernah menikah sebagaimana Nabi menikahi Ummu ‘Aisyah
binti Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhuma.
Jadi, disadari atau tidak,
langsung atau tidak, Anda telah menghina Ummu Khadijah dan Ummu Saudah serta
Ummul Mukminin lain tatkala kalian menghina janda, meski dengan gurauan.
Dan satu hal yang luput
kalian sadari; ibu, istri, atau saudara perempuan Anda amat sangat berpeluang
untuk menjadi janda! Dan ketika itu benar-benar terjadi, penyesalan sudah tidak
berarti lagi. Penyesalan tidak akan bisa menunda hadirnya kematian.
Semoga informasi diatas
dapat menyadar kita semua agar selalu berhati-hati dalam bercanda. Semoga
bermanfaat.
Sumber:Pelangimuslim.com