Tolongshareya - Sahabat tolongshareya, adakah penyanyi religi yang anda sukai?
Misalkan Sahabat tolongshareya adalah
penggemar dari lagu-lagu Wali Band, kemudian suatu hari mendapat tiket gratis
menonton Wali band sekaligus makan dan foto bersama, bahkan tiket transportasi
pulang pergi dan biaya penginapan di hotel juga diberikan, bagaimana perasaan
Sahabat tolongshareya? pasti Senangkan? Akan digunakankah tiket tersebut?
Bukankah amat sayang jika tiket gratis tersebut disia-siakan dan tidak dipakai?
Begitulah kira-kira gambaran
orang-orang yang melalaikan orangtuanya, padahal mengaku ingin masuk ke surga…
selalu berkata cinta pada surga dan mengharapkan segala kenikmatan yang Allah
janjikan di dalamnya, tapi kok tiket ke surganya malah disia-siakan! Bagaimana
thoo anda ini?
Sahabat tolongshareya, sudahkah
kita menyadari bahwa orangtua kita, apalagi yang sudah berusia lanjut, adalah
tiket ke surga bagi diri kita?
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan
yang baik.” (QS Al-Israa’: 23)
Sahabat tolongshareya, Islam
mengatur kehidupan manusia, termasuk di dalamnya mengenai kewajiban anak kepada
orangtua, dan apa-apa saja hak orangtua yang harus dipenuhi oleh anak-anaknya.
Dari ayat di atas, bila disimak
betul-betul, jelas tergambar betapa tingginya nilai dari perbuatan baik yang
dilakukan seorang anak kepada kedua orangtuanya. Mengapa? Pada kalimat pertama
ayat tersebut, uraiUstadz Abdul Hasib Hasan, Lc, tersandingkan dua
perintah Allah SWT, yaitu perintah untuk kita tidak beribadah kecuali hanya
kepada Allah SWT, dan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orangtua.
“Kita tentu tahu kewajiban utama
manusia sepanjang hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Itu
kewajiban yang utama, yang paling mendasar, sekaligus juga tugas yang paling
mulia. Nah, kalau kewajiban berbuat baik kepada kedua orangtua itu disandingkan
langsung, tanpa penghalang, dengan kewajiban beribadah kepada Allah, ini
menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orangtua itu merupakan kewajiban
yang juga mendasar dan sekaligus juga perbuatan yang paling mulia, sesudah
kewajiban beribadah kepada Allah SWT,” papar lulusan Universitas Imam, Saudi
Arabia ini.
Ringkasnya, tambah Ustadz Hasib,
wujud kesempurnaan ibadah kita kepada Allah adalah dengan tunduk sepenuhnya
kepada Allah dalam beribadah kepada-Nya, termasuk di dalamnya kita tunduk
kepada Allah yang memerintahkan kita agar berbuat baik dengan semaksimal
mungkin kepada kedua orangtua.
Itulah mengapa nilai berbuat baik
kepada kedua orangtua atau birrul walidain ini sangat tinggi dan sangat mulia
di sisi Allah. Bahkan Allah pun tidak tanggung-tanggung dalam memberi reward kepada mereka yang
berbuat baik kepada kedua orangtuanya.
Menyia-nyiakan Tiket ke Surga
Beberapa hadits menguraikan
keutamaan dari birrul walidain ini,
di antaranya hadits yang mengisahkan bagaimana doa orang yang birrul walidain
itu mustajab, dikabulkan Allah. Alkisah ada tiga orang yang pergi ke hutan
untuk mencari kayu. Ketika hendak pulang, hujan turun dengan lebat, sehingga
mereka berteduh dalam sebuah goa. Lalu, tiba-tiba sebuah batu besar menutup
lubang goa tersebut. Ketiga orang ini terperangkap dalam goa. Meski sudah
didorong sedemikian rupa, batu itu tak jua bergeser. Lalu, kata mereka, kita
tidak akan bisa keluar dari sini kecuali masing-masing kita berdoa dengan
menyebutkan amal shalih kita (bertawasul pada amal shalih).
Semua berdoa. Salah seorang di
antara mereka berdoa dengan memaparkan bagaimana dirinya selalu
mendahulukan orangtuanya. Ia tidak akan makan, bahkan tidak juga istri dan
anak-anaknya, sebelum orangtuanya makan. Ia pun berdoa, “Ya Allah, sekiranya yang aku lakukan itu
karena perintah Engkau, ikhlas karena Engkau, maka keluarkanlah kami dari
perangkap ini.” Akhirnya, batu itu pun bergeser, dan mereka
bisa keluar dari goa.
Balasan yang Allah berikan kepada
orang-orang yang berbuat baik kepada kedua orangtuanya tidak hanya berupa
dikabulkan doa-doanya, tetapi kelak Allah juga akan menghadiahkannya surga.
Seperti yang terungkap dalam hadits
berikut. Suatu waktu Rasulullah saw sedang duduk bersama para sahabatnya.
Tiba-tiba, Rasulullah mengucapkan “Amin”-“Amin”-“Amin”. Sahabat-sahabat yang
ada di sekeliling beliau lantas terkejut. “Ya Rasulullah, mengapa engkau
tiba-tiba mengucapkan amin sampai tiga kali?” telisik para sahabat.
Rasulullah pun menceritakan bahwa
dirinya kedatangan malaikat Jibril yang menyampaikan tiga hal dan menyuruh
beliau mengucap amin setiap Jibril menyelesaikan perkataannya. Salah satu hal
yang disampaikan Jibril terkait dengan orangtua. Kata Jibril, celakalah,
hinalah, orang yang menjumpai kedua orangtuanya —maksudnya; mengalami
hidup bersama dengan kedua orangtuanya—tapi hal itu tidak membuat
dirinya masuk surga.
Kenapa Rasul sampai berkata
demikian? Jawabannya satu. Karena ini menunjukkan ruginya orang
yang tidak berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Padahal dengan hidup
bersama orangtuanya, dia memiliki kesempatan yang sangat besar untuk berbuat
baik kepada mereka. Kesempatan yang berganjar tiket untukmemasuki surga
Allah. Maka abai pada mengurus dan merawat orangtua sama dengan
menyia-nyiakansebuah tiket ke surga.
Kalau sedemikian besar balasan yang
Allah berikan, lalu mengapa kita dengan mudahnya melalaikan kewajiban berbuat
baik kepada kedua orangtua ini?
Mungkin ada beberapa kondisi yang
menyebabkan seseorang tidak menjalankan kewajiban tersebut. Misalnya, semasa
kecil sang anak tidak mendapat perlakuan yang baik dari orangtuanya, atau anak
enggan merawat orangtua dengan alasan hanya akan merepotkan, atau secara
ekonomi anak berkekurangan sehingga khawatir tidak mampu memenuhi
kebutuhan orangtua, dan sederet alasan lainnya.
Namun bagaimanapun, tegas Ustadz
Hasib, hambatan-hambatan tersebut hendaknya tidak dijadikan dalih
untuk tidak berbuat baik atau merawat kedua orangtua kita. Dengan mengandung,
melahirkan, merawat kita, dan membesarkan, itu saja sudah menjadi bukti
betapa besarnya jasa orangtua kepada anak. Jasa yang tak akan pernah
bisa terbayarkan!
Apalagi jika sang anak melontarkan
kata-kata ‘toh saya tidak minta dilahirkan’ karena menolak merawat orangtua,
jelas hal ini sangat tidak dibenarkan. “Kita ada karena takdir Allah,
dan peran orangtua sangat besar dalam hal ini. Bayangkan seandainya Anda
ditakdirkan menjadi kera, misalnya. Maka sudah sepatutnya kita
bersyukur ditakdirkan Allah sebagai manusia yang mulia, kemudian bersyukur pula
berkat orangtua kita dirawat hingga besar. Artinya di situ ada peluang untuk
kita bisa masuk surga, yaitu dengan berbuat baik kepada kedua orangtua kita,”
urai pendiri dan pengurus Yayasan Al-Hikmah, Jakarta ini.
Ruang lingkup berbuat
baik kepada orangtua sangatlah besar. Antara lain seperti yang
tercantum dalam ayat 23 QS Al-Israa, yaitu dengan mengucapkan ucapan yang
baik, ucapan yang tidak menyakiti
perasaannya, sertamemperlakukan keduanya dengan perbuatan yang baik. Bisa
pula dengan memenuhi hak-hak orangtua, baikhak materi, hak safety, hak ruhiyah, hingga
menjaga perasaan dan ketenteraman.
Bicara tentang materi pun
sebenarnya tidak terlalu berarti bagi orangtua, sebab semakin lanjut usia
semakin sensitif pula mereka. Membahagiakan batinnya, perasaannya, dengan cara
memberikan hati kita kepada mereka, memberi perhatian yang besar untuk
mereka, sesungguhnya jauh lebih dibutuhkan orangtua ketimbang materi.
Selama kita mampu, upayakan memenuhi kebutuhan materi
orangtua. Namun, bila di luaritu pun, ingatlah, Allah tidaklah
membebani seseorang di luar kesanggupannya.
Sampai Kapan?
Seringkali terjadi salah pengertian
atau kekurangtepatan dalam memahami birrul walidain. Sebagian memahami,
kewajiban berbuat baik dan merawat kedua orangtua hanyalah sebatas si anak ini
belum menikah. Sehingga, ketika dia sudah berkeluarga, apalagi sudah memiliki
anak, seolah-olah sudah tidak lagi berkewajiban untuk berbuat baik kepada kedua
orangtuanya.
Padahal tidak seperti itu.
“Kewajiban berbuat baik kepada kedua orangtua itu sepanjang kehidupan kita,
bukan sepanjang kehidupan orangtua kita. Jadi sekalipun kedua orangtua sudah
meninggal, kita masih berkewajiban untuk berbuat baik kepada mereka. Sebab, kita
masih hidup,” ujar suami dari Aan Rohana, Lc, ini dengan tegas.
Dalam sebuah hadits diceritakan,
seorang pemuda Anshar menanyakan kepada Rasulullah saw, karena kedua
orangtuanya sudah meninggal, apakah dia masih berkewajiban untuk berbuat baik
kepada mereka? Padahal selama orangtuanya hidup pemuda ini selalu berbuat
baik kepada mereka. Lantas jawab Rasulullah, kamu tetap berkewajiban untuk
berbuat baik kepada kedua orangtuamu sekalipun mereka sudah meninggal.
Ustadz Hasib menguraikan bagaimana
kita bisa berbuat baik di saat orangtua telah tiada. Pertama,
mendoakan kedua orangtua, yaitu doa yang sifatnya umum, seperti “Ya Allah
limpahkanlah rahmat kepada mereka, luaskan kubur mereka, jadikan kuburan mereka
seperti taman surga, mudahkanlah hisabnya, masukkanlah mereka ke dalam
surga-Mu.” Kedua, memohon ampunan untuk kedua orangtua, yaitu doa yang lebih
spesifik memohonkan ampunan atas dosa dan kesalahan orangtua. Ketiga,
melaksanakan janji-janji kedua orangtua yang tidak sempat mereka laksanakan.
Keempat, menghormati dan memuliakan sahabat-sahabat orangtua. Terakhir,
menyambung silaturrahim dengan keluarga besar kedua orangtua kita.
Dengan begitu, kalau terhadap kedua
orangtua yang sudah meninggal saja kita masih diharuskan untuk berbuat baik,
apalagi di saat kedua orangtua kita masih hidup? Itulah sebab, kewajiban
berbuat baik kepada kedua orangtua ini dituntut selama kita hidup, entah itu
kala orangtua masih gagah, saat mereka lanjut usia, bahkan hingga mereka
meninggalkan dunia ini. (Rahmi
Rizal)
Yuk kita dapatkan tiket surge itu
Sumber: ummi-online.com