Tolongshareya – Sahabat tolongshareya, Dari Imam Ahmad melaporkan bahwa Abu
Hurairah ra berkata, Rasulullah saw melewati orang yang sedang tidur dengan
posisi tengkurap, beliau membangunkan orang itu dengan kakinya dan berkata,
‘Ini adalah posisi yang tidak disukai Allah swt.’
Ibnu Hiban dalam sahihnya juga melaporkan hal yang
sama, demikian pula dengan hadits-hadits lain yang tergolong koleksi utama.
Imam al-Barkawi menyebutkan dalam bab petunjuk menuju taqwa dalam kitab al-Tariqa al-Muhammadiyya, “Tidak disukai tidur terlentang tanpa alasan yang jelas.” Imam al-Khadimi dalam komentarnya menambahkan, “Tidur dengan posisi terlentang adalah tidurnya para Rasul dan orang-orang yang merenungkan penciptaan langit dan bumi. [pada saat tidur tanpa atap di atas kepalanya];
Tidur dengan posisi miring ke kanan adalah tidurnya para ulama dan orang-orang yang taat beribadah, tidur dengan posisi miring ke kiri adalah tidurnya orang-orang yang suka sekali makan, dan tidur dengan posisi tengkurap adalah tidurnya setan dan orang-orang kafir.” (al-Bariqa al-Mahmudiyya fi Syarh al-Tariqa al-Muhammadiyya, 4: 177).
Dalam Fatawa al-Hindiyya, yang merupakan koleksi gemilang dan dijadikan andalan dalam mahdzab Hanafi, yang disusun oleh sekelompok ulama dinyatakan bahwa, “Dianjurkan untuk memperoleh manfaat dari tidur siang (qaylula), karena Rasulullah saw bersabda, Lakukanlah tidur di siang hari, karena setan tidak melakukannya.’”
Kemudian sebagaimana yang disebutkan dalam al-Ghayatsiyya… direkomendasikan untuk tidur dalam keadaan suci (berwudhu), dan untuk berbaring dengan posisi miring ke kanan menghadap qiblat.
Tidak disukai untuk tidur di pagi hari, dan di waktu Ashar dan Magrib dan antara Maghrib dan ‘Isya (karena biasanya dapat mengakibatkan terlewatnya shalat Magrib dan ‘Isya berjamaah).
Telah disebutkan dalam beberapa literatur bahwa Sayyidina ‘Ali lebih menyukai untuk tidak tidur setelah ‘Isya sebelum tengah malam. Orang tidur sebaiknya di tempat tidur yang kondisinya sedang antara lunak dan keras [untuk mencegah tidur yang berlebihan yang dapat menyebabkan orang kehilangan shalat tahajjudnya, karena terlalu terlelap].
Seseorang harus menggunakan tangan kanannya sebagai bantal di bawah pipinya. Dia juga harus berpikir bahwa dia akan [seolah-olah] ditempatkan dalam kubur, berbaring di sisinya, tanpa sesuatu kecuali apa yang telah diperbuatnya…
Jika perut seseorang terlalu penuh dan merasa takut terkena sakit perut, tidak ada masalah baginya untuk meletakkan bantal di bawah perutnya dan tidur dengan bantal itu.
Orang harus mengingat Allah swt (dzikr) ketika akan tidur, yaitu dengan mengucapkan tahlil (‘la ilaha illa Allah’), tahmid (‘alhamdu lillah’) dan tasbih (‘subhan Allah’) [setelah membaca beberapa do’a khusus sebelum tidur yang dianjurkan oleh Rasulullah saw]
Imam al-Barkawi menyebutkan dalam bab petunjuk menuju taqwa dalam kitab al-Tariqa al-Muhammadiyya, “Tidak disukai tidur terlentang tanpa alasan yang jelas.” Imam al-Khadimi dalam komentarnya menambahkan, “Tidur dengan posisi terlentang adalah tidurnya para Rasul dan orang-orang yang merenungkan penciptaan langit dan bumi. [pada saat tidur tanpa atap di atas kepalanya];
Tidur dengan posisi miring ke kanan adalah tidurnya para ulama dan orang-orang yang taat beribadah, tidur dengan posisi miring ke kiri adalah tidurnya orang-orang yang suka sekali makan, dan tidur dengan posisi tengkurap adalah tidurnya setan dan orang-orang kafir.” (al-Bariqa al-Mahmudiyya fi Syarh al-Tariqa al-Muhammadiyya, 4: 177).
Dalam Fatawa al-Hindiyya, yang merupakan koleksi gemilang dan dijadikan andalan dalam mahdzab Hanafi, yang disusun oleh sekelompok ulama dinyatakan bahwa, “Dianjurkan untuk memperoleh manfaat dari tidur siang (qaylula), karena Rasulullah saw bersabda, Lakukanlah tidur di siang hari, karena setan tidak melakukannya.’”
Kemudian sebagaimana yang disebutkan dalam al-Ghayatsiyya… direkomendasikan untuk tidur dalam keadaan suci (berwudhu), dan untuk berbaring dengan posisi miring ke kanan menghadap qiblat.
Tidak disukai untuk tidur di pagi hari, dan di waktu Ashar dan Magrib dan antara Maghrib dan ‘Isya (karena biasanya dapat mengakibatkan terlewatnya shalat Magrib dan ‘Isya berjamaah).
Telah disebutkan dalam beberapa literatur bahwa Sayyidina ‘Ali lebih menyukai untuk tidak tidur setelah ‘Isya sebelum tengah malam. Orang tidur sebaiknya di tempat tidur yang kondisinya sedang antara lunak dan keras [untuk mencegah tidur yang berlebihan yang dapat menyebabkan orang kehilangan shalat tahajjudnya, karena terlalu terlelap].
Seseorang harus menggunakan tangan kanannya sebagai bantal di bawah pipinya. Dia juga harus berpikir bahwa dia akan [seolah-olah] ditempatkan dalam kubur, berbaring di sisinya, tanpa sesuatu kecuali apa yang telah diperbuatnya…
Jika perut seseorang terlalu penuh dan merasa takut terkena sakit perut, tidak ada masalah baginya untuk meletakkan bantal di bawah perutnya dan tidur dengan bantal itu.
Orang harus mengingat Allah swt (dzikr) ketika akan tidur, yaitu dengan mengucapkan tahlil (‘la ilaha illa Allah’), tahmid (‘alhamdu lillah’) dan tasbih (‘subhan Allah’) [setelah membaca beberapa do’a khusus sebelum tidur yang dianjurkan oleh Rasulullah saw]
hingga
orang itu tertidur, karena orang yang tidur akan dibangkitkan dalam keadaan
seperti sebelum tidur dan orang yang meninggal menurut cara bagaimana dia
meninggal.
Orang harus bangun sebelum subuh, karena bumi mengeluh kepada Allah swt terhadap 3 hal, yaitu mandi junub (ghusl) orang-orang yang berzina, dari darah yang tumpah karena melanggar hukum, dan dari tidurnya orang-orang setelah datangnya waktu subuh.
Orang harus bangun sebelum subuh, karena bumi mengeluh kepada Allah swt terhadap 3 hal, yaitu mandi junub (ghusl) orang-orang yang berzina, dari darah yang tumpah karena melanggar hukum, dan dari tidurnya orang-orang setelah datangnya waktu subuh.
Orang harus bangun dengan berdzikir kepada
Allah swt [yang terbaik adalah mengucapkan do’a yang dicontohkan oleh
Rasulullah saw], dan dengan suatu ketetapan hati yang kuat untuk bertaqwa
kepada Allah dan menjauhi larangan segala larangan-Nya serta memutuskan untuk
tidak menyalahkan hamba Allah swt, sebagaimana yang telah disebutkan dalam
al-Ghara’ib. "[al-Fatawa al-Hindiyya, 5: 376]
Di antara sunnah ketika bangun tidur adalah:
Di antara sunnah ketika bangun tidur adalah:
- Mengucapkan ‘La Ilaha illa Allah’, lalu
Alhamdulillah’ 3 kali, dan Alhamdulillahi alladzi ahyana ba`da ma amatana
wa ilayhi an-nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita
setelah kematian kita, dan kepada-Nyalah kita akan kembali). [Bukhari, Abu
Dawud, dan lainnya]
- Dianjurkan untuk menggosok muka dan mata
dengan kedua tangan, untuk menghilangkan pengaruh dari tidur, sebagaimana
disebutkan dalam Syama’il al-Tirmidzi.
- Disarankan untuk menggosok gigi, idealnya
dengan siwak, sebagaimana yang disebutkan dalam Musnad Ahmad dan Sunan Abu
Dawud.
Dan semua kebajikan, di dunia ini dan di hari
kemudian bisa ditemukan dalam sunnah Rasulullah saw. Dan segala keberhasilan
berasal dari Allah swt.
Semoga bermanfaat bagi sahabat tolongshareya yang selalu setia, Semoga bisa menambah pengetahuan tentang tidur tengkurap itu tidak baik bagi kesehatan.
sumber : sepercikhikmah.com Faraz Rabbani - Amman, Jordan
Semoga bermanfaat bagi sahabat tolongshareya yang selalu setia, Semoga bisa menambah pengetahuan tentang tidur tengkurap itu tidak baik bagi kesehatan.
sumber : sepercikhikmah.com Faraz Rabbani - Amman, Jordan