Tolongshareya – Sahabat Tolongshare
setiap manusia pasti mendambakan sebuah pernikahan, terlebih lagi pernikahan
tersebut sesuai dengan pilihan hatinya, dan mereka sudah saling menyayangi dan
mencintai satu sama lain. Namun meski begitu tidak dapat dijadikan suatu
jaminan kelak rumah tangganya selalu lancar, aman, rukun sakinah mawadah warohmah
atau jauh dari permasalahan. Ntah permasalahan tersebut datangnya dari intern
atau ekstern. Inilah jeritan hati seorang wanita yang sudah atau hendak
menikah.
Jangan jadikan aku istrimu, bila nanti dengan alasan bosan kamu akan berpaling pada perempuan lain.
Kamu harus tahu meski
bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain
yang terlihat begitu sempurna pun tidak mengalihkan pandanganku dari wajah
lelahmu setelah bekerja seharian. Jangan jadikan aku istrimu, bila nanti kamu
enggan hanya untuk mengganti popok anakmu saat dia terbangun tengah malam.
Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat
badanku pegal dan tidak lagi bisa tidur sesukaku.
Jangan jadikan aku
istrimu, bila nanti kita tidak dapat berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih
memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak
teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan
aku bukan hanya teman yang tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat.
Jangan jadikan aku
istrimu, bila nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan
menjatuhkan talak padaku. Kamu sudah tahu betul, kita memang berbeda dan bukan
persamaan yang menyatukan kita tapi komitmen bersama.
Jangan jadikan aku
istrimu, bila nanti kamu memilih tamparan serta pukulan untuk memperingatkan
kesalahanku. Sedang aku tidak tuli dan masih bisa mendengar kata-katamu yang
lembut tapi berwibawa
Jangan pilih aku sebagai
istrimu, bila nanti setelah seharian bekerja kamu tak segera pulang dan memilih
bertemu teman-temanmu. Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dan
setrikaan yang menumpuk dan aku tidak sempat bahkan untuk menyisir rambutku.
Anak dan rumah bukan hanya
kewajibanku, sebab kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping
hidupmu. Dan bila boleh memilih, aku akan memilih mencari uang dan kamu di
rumah saja sehingga kamu akan tahu bagaimana rasanya.
Jangan pilih aku sebagai
istrimu, bila nanti kamu lebih sering di kantor dan berkutat dengan pekerjaanmu
bahkan di hari minggu daripada meluangkan waktu bersama keluarga. Aku memilihmu
bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang dapat
kamu persembahkan untukku.
Harta tidak pernah lebih
penting dari kebersamaan kita membangun keluarga sebab kita tidak hanya hidup
untuk hari ini saja.
Jangan pilih aku jadi
istrimu, bila nanti kamu malu membawaku ke pesta pernikahan teman-temanmu dan
memperkenalkanku sebagai istrimu. Meski aku bangga sebab kamu memilihku tapi takkan kubiarkan kata-katamu menyakitiku.
Bagiku pasangan bukan
sebuah trofi apalagi pajangan, bukan hanya seseorang yang sedap dipandang mata.
Akan tetapi menyejukkan batin saat dunia tidak lagi ramah menyapa. Rupa ialah
anugerah yang akan pudar terkikis waktu, dan pada saat itu kamu akan tahu kalau
pikiran dangkal telah menjerumuskanmu.
Jangan pilih aku jadi
istrimu, bila nanti kamu berpikir akan mencari pengganti saat tubuhku tidak
selangsing dulu. Kamu tentunya tahu kalau kamu juga ikut andil besar dengan
melarnya tubuhku. Sebab aku tidak lagi punya waktu untuk diriku, sedang kamu
selalu menyempatkan diri saat teman-temanmu mengajakmu berpetualang.
Jangan buru-buru
menjadikanku istrimu, bila saat ini kamu masih belum bisa menerima kekurangan
dan kelebihanku. Sedang seiring waktu, kekurangan bukan semakin tipis tetapi
tambah nyata di hadapanmu dan kelebihanku mungkin akan mengikis kepercayaan
dirimu.
Kamu harus tahu perut
buncitmu tidak sedikitpun mengurangi rasa cintaku, dan prestasimu membuatku
bangga bukan justru terluka.
Jangan buru-buru
menjadikanku istrimu, bila saat ini kamu masih ingin bersenang-senang dengan
teman-temanmu dan beranggapan aku akan melarangmu bertemu mereka setelah kita
menikah.
Kamu harus tahu akupun
masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku, untuk sekedar ngobrol
atau creambath di salon. Dan tidak ingin apa yang disebut “kewajiban” membuatku
terisolasi dari pergaulan, ketika aku semakin disibukkan dengan urusan rumah
tangga.
Menikah bukan untuk menghapus
identitas kita sebagai individu, tetapi kita tahu kita harus selalu menghormati
hak masing-masing tanpa melupakan kewajiban.
Jangan buru-buru
menikahiku, bila saat ini kamu sungkan pada orang tuaku dan merasa tidak nyaman
sebab waktu semakin menunjukkan kekuasaannya. Bagiku hidup lebih dari angka
yang kita sebut umur, aku tidak ingin menikah hanya karena kewajiban atau untuk
menyenangkan keluargaku.
Menikah denganmu ialah
salah satu keputusan terbesar di hidupku yang tidak ingin kusesali hanya karena
terburu-buru.
Jangan buru-buru
menikahiku, bila sampai saat ini kamu masih berpikir mencuci adalah merupakan
pekerjaan perempuan. Aku tidak akan keberatan membetulkan genting rumah, dan
berubah menjadi satpam untuk melindungi anak-anak dan hartamu saat kamu keluar
kota.
Hapus aku dari daftar
calon istrimu, bila saat ini kamu berpikir mempunyai lebih dari satu istri
tidak menyalahi ajaran agama. Agama memang tidak melarangnya, tetapi aku
melarangmu menikahiku bila ternyata kamu hanya mengikuti egomu sebagai
laki-laki yang tidak bisa hidup dengan satu perempuan saja.
Hapus aku dari daftar
calon istrimu, bila saat ini masih ada perempuan yang menarik hatimu dan rasa
penasaran membuatmu enggan mengenalkanku pada teman-temanmu. Kamu harus tahu
meski cintamu sudah kuperjuangkan, aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu.
Hapus aku dari daftar
calon istrimu, bila saat ini kamu berpikir menikahiku akan menyempurnakan
separuh akidahmu sedang kamu enggan menimba ilmu untuk itu. Ilmuku tak banyak
untuk itu dan aku ingin kamu jadi imamku, seorang pemimpin yang tahu kemana
membawa pengikutnya.
Jangan jadikan aku sebagai
istrimu, bila kamu berpikir bisa menduakan cinta. Kamu mungkin tidak tahu
seberapa besar aku mengagungkan sebuah cinta, tetapi aku juga tidak akan
menyakiti diriku sendiri bila cinta yang kupilih ternyata mengkhianatiku.
Jangan jadikan aku sebagai
istrimu, bila kamu berpikir aku mencari kesempurnaan. Aku bukan gadis naif yang
menunggu sang pangeran datang dan membawaku ke istana.
Mimpi seperti itu terlalu
menyesatkan, sebab sempurna tidak akan pernah ada dalam kamus manusia dan aku
bukan lagi seorang gadis yang mudah terpesona.
Jangan pernah berpikir
menjadikanku sebagai istrimu, bila kamu belum tahu satu saja alasan kenapa aku
harus menerimamu sebagai suamiku.
Nah sabahat tolongshare
itulah jeritan-jeritan kecil hati para wanita ataupun para istri. Semoga dapat
memberikan kita semua manfaat. Aamiin
Sumber:Info-tausiah