Tolongshareya – Sahabat Tolongshare
Makanan utama bayi baru lahir adalah air susu ibu (ASI). Bayi yang baru lahir
belum memerlukan tambahan cairan atau makanan lain. Untuk memenuhi kebutuhan
bayi akan ASI, banyak cara yang sebaiknya dilakukan oleh seorang ibu.
Menurut penelitian, memberi
ASI secara eksklusif pada enam bulan pertama memberikan manfaat yang bisa
dirasakan dalam jangka panjang. Selain memungkinkan penurunan risiko alergi,
bayi yang diberikan ASI lebih sedikit yang terkena penyakit saluran napas
bagian bawah, infeksi telinga, dan meningitis.
Namun tahukah anda bahwa
asi yang seharusnya menjadi asupan gizi sang bayi berubah menjadi racun.
Tak ada yang menyangkal,
bahwa ASI adalah merupakan nutrisi
terbaik bagi setiap bayi. Kita tahu, ASI mempunyai kelengkapan gizi, protein dan mineral serta
enzim-enzim yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Ajaibnya, kandungan ASI
pun secara otomatis, mempunyai prosentase yang sesuai dengan setiap tahap perkembangan usia dan juga kebutuhan anak. Misalnya ASI
yang keluar untuk bayi yang baru lahir mengandung protein jauh lebih tinggi
daripada ASI untuk bayi yang berusia 9 bulan. Sebagaimana kita ketahui, protein
adalah merupakan salah unsur penting dalam proses pembentukan otak.
Selain hemat secara
ekonomis, Air Susu Ibu pun mempererat hubungan batin antara ibu dan bayi, serta
membantu proses pemulihan fisik ibu dan membantu meningkatkan kecerdasan pada
bayi 6 poin lebih tinggi dibanding dengan bayi yang diberi susu formula
(berdasarkan studi Horwood & Fergursson tahun 1998 di Selandia Baru).
Tidak heran jika kini
kesadaran ibu untuk menyusui semakin meningkat. Namun, ternyata tidak semua ibu
bisa memberikan ASI kepada bayinya seperti yang diinginkannya. Mengapa hal itu
bisa terjadi?
Ketika
ASI Menjadi Racun
Mungkinkah ASI menjadi
racun? Mungkin saja.
Hal itu terjadi jika
pemberian ASI justru meningkatkan jumlah bilirubin pada bayi. Tingginya jumlah
bilirubin ini akan membuat bayi menjadi
kuning. Tingginya jumlah bilirubin pada bayi, salah satu penyebabnya ialah
adanya ketidakcocokan rhesus ibu dan bayi.
Rhesus merupakan
penggolongan terhadap ada atau tidak adanya zat antigen-D pada darah. Orang
yang mempunyai antigen-D disebut Rhesus Positif. Sebaliknya orang yang tidak mempunyai
antigen-D disebut mempunyai Rhesus Negatif.
Seorang ibu yang mempunyai
rhesus berbeda dengan janinnya akan memproduksi antibodi secara besar-besaran
sebagai bentuk penolakan tubuhnya terhadap janin yang mempunyai rhesus berbeda
dengannya. Dalam hal ini, secara otomatis, tubuh ibu menganggap janin sebagai benda asing (musuh) yang harus
diserang oleh zat antibodi yang dimiliki ibu.
ASI merupakan nutrisi
terbaik dan terlengkap bagi bayi. Tetapi, tidak semua bunda bisa memberikan ASI
kepada buah hatinya. Apa sebab ASI menjadi racun?
Penyerangan ini
menyebabkan meningkatnya zat antibodi yang diproduksi oleh tubuh ibu.
Meningkatnya antibodi pada ibu secara langsung menyebabkan banyak sel darah
merah yang rusak (bilirubin) pada bayi. Bayi pun menjadi kuning, sebab fungsi
hatinya belum terbentuk dengan baik.
Dalam kondisi seperti ini,
pemberian ASI dari ibu yang mempunyai rhesus berbeda, hanya akan berakibat fatal pada bayi. Karena dalam kondisi ini ASI bisa menjadi racun bagi bayi yang
disusui. Bila sudah sampai tahap ini
pemberian ASI sebaiknya dihentikan.
Apakah
hal itu bersifat permanen?
Banyak sekali para bunda
yang keberatan apabila menghentikan pemberian ASI kepada bayinya, terlebih
apabila itu bersifat permanaen.
Dalam beberapa kasus,
penghentian itu hanya bersifat sementara. Yakni, apabila fungsi hati pada
bayi sudah berjalan dengan baik. Dan
bilirubin sudah kembali ke angka normal. Jika sudah dalam kondisi normal
seperti ini, ibu bisa memberikan ASI pada
bayinya, tanpa khawatir bayinya akan mengalami keracunan.
Mungkinkah
memberikan air susu ibu setelah dihentikan sementara? Bagaimana cara
mengantikan susu formula dengan air susu ibu ?
Tips berikut mungkin bisa
membantu bunda untuk memberikan Air Susu Ibu kepada buah hati.
ASI merupakan nutrisi
terbaik sekaligus terlengkap bagi bayi. Namun, tidak semua bunda bisa
memberikan ASI kepada buah hatinya. Apa sebab ASI menjadi racun?
Cara
Pemberian ASI Pasca Dihentikan Sementara
1. Berikan ASI secara
bertahap.
Pemberian ASI tidak bisa
secara langsung menggantikan susu formula yang telah akrab dengan lidah bayi,
melainkan dengan cara bertahap. Misalnya, mengurangi frekuensi pemberian susu
formula sedikit demi sedikit, serta menambah frekuensi pemberian ASI secara
konsisten. Hingga akhirnya, pemberian ASI bisa dilakukan secara penuh.
2. Saat pemberian ASI
dihentikan, penting bagi bunda untuk
tetap rutin memerah ASI.
Tindakan rutin memerah ASI
ini akan merangsang produksi air susu
ibu tetap terjaga. Sehingga kelak ibu bisa memberikan ASI sesuai dengan
harapannya.
3. Susui bayi dengan
perasaan nyaman dan tenang.
Perasaan nyaman yang
dirasakan ibu, akan mengalir pada bayi. Sehingga penolakan-penolakan yang
diberikan bayi pada awal pengenalan ASI akan berhenti dengan sendirinya.
4. Milikilah keyakinan
bahwa ASI tetap merupakan nutrisi terbaik bagi bayi anda.
Hal ini penting, sebab
secara psikologis keyakinan ini akan
berdampak pada produktivitas dan kualitas
ASI yang dihasilkan bunda.
Nah sahabat itulah
penjelasan mengenai ASI yang berubah menjadi racun bagi bayi anda. Semoga
bermanfaat
Sumber:Theasianparent.com