Tolongshareya - Sahabat tolongshareya , dalam
situasi biasa, tidak mudah mengenali orang yang termasuk si easy going. Dari cara berpakaian
pun, belum tentu tampak sembarang. Tetapi lihatlah apa yang dilakukannya ketika
sekelilingnya sedang sibuk dengan suatu masalah. Alih-alih ikut berdebat atau
bersibuk-sibuk, bisa jadi ia justru sedang mojok menahan
kantuk.
“Kelemahan
orang easy going adalah dia tidak
peka. Misalnya mertua ngomel-ngomel,
dia santai aja. Enggak dimasukin ke
hati, seperti enggak ada masalah,” ujar psikolog Inna Muthmainnah, S.Psi,
Psi. Namun kelemahan ini juga menjadi kelebihannya, yaitu jarang stres. Lebih
jauh, di bawah ini adalah ciri si easy
going.
Plus (+)
|
Minus (-)
|
1. Mudah
bergaul.
|
Rentan terpengaruh dengan teman-teman yang
membawa keburukan.
|
2. Tidak
mudah tersinggung karena tidak mengambil hati ucapan orang lain.
|
Dianggap tidak peka.
|
3. Tidak
senang permusuhan, menghindari debat.
|
Terkesan “cari aman” dan tidak memiliki sikap.
|
4. Menikmati
hidup.
|
Jika terlalu santai, akan terkesan sebagai
pemalas, tidak disiplin.
|
5. Ketika
terlibat masalah, cenderung mencari jalan keluar yang mudah, tidak mau
terlibat kesulitan.
|
Berpotensi terjebak jalan pintas yang justru
sebenarnya membawa masalah lain.
|
6. Penuh spontanitas Pekerjaan tidak cepat selesai karena
tidak memiliki arah yang jelas
Easy Going vs Perfeksionis =
Konflik?
Dari
uraian tersebut, bisa dikatakan bahwa seseorang dengan tipe easy going adalah kebalikan
dari orang yang perfeksionis. Lalu, apa yang terjadi jika dua orang yang sama
sekali berbeda ini bertemu? Kalau yang Anda bayangkan adalah konflik karena
perbedaan sifat, tunggu dulu. Inna mengingatkan, pemicu konflik dalam rumah
tangga sejatinya bukanlah karena si easy
going yang bertemu dengan si perfeksionis. “Dalam rumah
tangga, apa pun bisa jadi konflik. Perfeksionis bertemu perfeksionis, ya bisa
pecah konflik juga. Itu kembali ke masing-masing pasangan,” tegasnya.
Yang
jelas, jika si easy going dan
si perfeksionis bertemu, maka keduanya akan saling memengaruhi secara sadar
maupun tak sadar. “Tergantung seberapa kuatnya yang dominan,” ujar Inna. Jika
pengaruh si easy going lebih
dominan, ia akan mampu membuat si perfeksionis jadi lebih santai. Namun tetapi jika
pengaruh si perfeksionis yang dominan, ia akan membuat si easy going lebih serius,
disiplin, dan peka.
Jadi,
belum tentu jika si easy
going dan si perfeksionis menikah akan bekonflik. “Kalau
dua-duanya sama-sama ada keinginan untuk bertumbuh, open
minded, mau belajar, itu tidak masalah. Banyak kok, pasangan yang basic-nya seperti itu,” jelas Inna.
Selayaknya
pasangan lain, Inna juga menegaskan bahwa si easy
going dan si perfeksionis tak akan luput dari masa-masa kritis
dalam pernikahan. Misalnya saja saat si perfeksionis diberhentikan dari
perusahaan tempatnya bekerja. “Bagi orang perfeksionis, itu bikin stres
banget,” ujar Inna.
Situasi
ini akan bertambah keruh jika si easy
going kurang memahami apa yang dirasakan si perfeksionis dan
tetap pada sikap santainya. Oleh karena itu, masing-masing individu harus
memahami karakter pasangannya sebaik memahami karakter dirinya sendiri. Ketika
sudah memahami karakter pasangan, maka akan mudah bagi pasangan untuk menahan
ego masing-masing.
Santai Hadapi
si Easy Going
Sifat si easy going yang santai dan
kadang terkesan tak sensitif, sangat mungkin membuat kesal orang yang
sering berinteraksi dengannya. Apalagi dalam berumah tangga, setiap
individu harus mampu bertumbuh dan berkembang. Jika ada kelemahan pasangan yang
melekat, kenapa tidak kita membantunya agar kelemahannya itu tidak berdampak
bagi orang lain? Inna membagi tips untuk menghadapi si easy going. Berikut ini
tips-tipsnya:
1. Berusaha
lebih toleran.
Tak ada
salahnya jika kita lebih toleran dengan sifat si easy
going. Asalkan ada batasan toleransi. Jika ia tidak mudah
terpancing emosi, bukankah itu baik? Sebagai gantinya, bimbinglah ia untuk
meletakkan barang pada tempatnya dan lebih sensitif dengan sekitar.
2. Ciptakan komunikasi
yang baik.
Si easy going terkenal dengan
sikapnya yang cuek. Ia tidak mempan dengan teguran yang bersifat tidak langsung
seperti sindiran. Oleh karena itu, bicaralah secara langsung dengannya. Cari
cara komunikasi yang tepat, tanpa emosi, dan lakukan dalam kondisi nyaman.
Responsnya mungkin santai, tapi terpenting adalah uneg-uneg Anda
tersampaikan.
3. Fokus
pada permasalahan.
Tipe easy going adalah penuh
spontanitas. Cara bepikirnya pun melompat-lompat. Mintalah ia untuk fokus pada
permasalahan. Cari titik temunya bersama agar permasalahan tidak melebar.
4. Bangun kerja sama
Kita
tentu tak bisa menyelesaikan berbagai permasalahan dan pekerjaan rumah tangga
seorang diri. Tak perlu segan meminta si easy
goinguntuk ikut turun tangan. Ini juga bagian usaha Anda untuk
membuatnya lebih memahami permasalahan yang tengah dihadapi bersama.
5. Jujur.
Keempat
tips di atas, tidak akan bekerja jika Anda tidak memulainya dengan tips
terakhir ini. Bersikap jujur, mampu membuka simpul masalah yang tengah Anda
hadapi, juga membuat si easy
going tahu bahwa beberapa kebiasaannya memiliki dampak
terhadap orang lain.
Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan
anda.amiin
Sumber: Ummi-online.com