Tolongshareya – Sahabat Tolongshareya Semua manusia
yang terlahir di dunia ini terlahir dari rahim seorang ibu, begitu panjang dan
berat perjalanan seorang ibu disaat hamil hingga membesarkan anak – anaknya
agar kelak menjadi anak yang sholeh ataupun sholiha, tidak sedikit disekitar
kita seorang ibu membanting tulang demi menghidupi sang anak tercinta, berjuang
sepenuh tenaga demi membesarkan anaknya dengan satu tujuan anaknya kelak
menjadi anak yang sholeh ataupun sholiha, berbakti kepada kedua orang tua, sukses
kehidupannya, berguna bagi nusa bangsa dan agama. Namun terkadang segala
perjuangan yang telah orang tua atau seorang ibu korbankan tidak ternilai
dimata anaknya, Naudzubillahimindzalik..Bahkan tidak sedikit pula seorang anak
yang tidak mengerti rasa terima kasih kepada kedua orang tuanya terutama
ibunya, ketika sudah menikah si anak lebih mengutamakan pekerjaannya dibanding
orang tuanya sehingga ibunya disuruh momong cucunya dimasa tuanya layaknya
seorang pembantu,astaghfirullah..
Seperti kisah ini seorang laki-laki sedang berjalan
bersama istrinya. Berkeliling ke pusat perbelanjaan. Lalu mengakhiri perjalanan
mereka di sebuah toko perhiasan. Lama memilih, sang istri memutuskan untuk
membeli sebuah kalung. Dia mengambil yang paling bagus. Paling mahal. Model
terbaru. Bersama keduanya ada seorang wanita yang sudah renta. Terlihat nikmat
menggendong seorang anak, cucunya. Meski ada raut muka yang lelah dan tertekan
yang mustahil disembunyikan. Wanita itu tidak lain merupakan ibu mertua dari
sang laki-laki.
Kalung itu dijanjikan oleh sang suami sebagai hadiah
hari raya. Agar suka cita semakin lengkap dengan perhiasan baru. Mewah. Bisa
ditunjukkan kepada keluarga, tetangga, dan teman-temannya.
Saat hendak membayar, sang suami bertanya kepada kasir
toko, “Semuanya berapa, Pak.”
Si penjaga toko tersenyum, lantas berkata lembut, “Dua
puluh juta dua ratus ribu.”
Segera menoleh ke arah kasir, sang istri menulasi
dengan gegas, “Kok dua puluh juta dua ratus ribu? Bukannya tadi saya lihat
harganya hanya dua puluh juta?”
Sang suami menyampaikan keterangan, “Ibumu yang sudah
tua itu mengambil kalung seharga itu.”
Dengan nada kesal bertabur benci, sang istri
mengatakan, “Wanita yang sudah tua tidak perlu mengenakan kalung. Tidak cocok
pakai perhiasan.”
Tanpa satu kalimat pun, sang ibu segera bergegas. Pergi
dengan perasaan terluka perih. Menuju mobil.
Mengetahui kejadian yang tidak seharusnya, sang penjaga
toko berusaha menyampaikan nasihat kepada sang laki-laki, sebagai imam bagi
istri dan ibu mertuanya. “Na’udzubillah. Kalian tidak pantas menyampaikan
kalimat tersebut. Datanglah kepada ibumu dan mohonlah maaf kepadanya.”
Kemudian pasangan suami istri ini segera memberikan
uang pembayaran. Lantas pergi menuju mobil.
Di mobil, sang istri berkata kepada ibunya, “Pakailah.
Ini kalungmu.”
“Aku memang tidak pantas menggunakan perhiasan. Sudah
tua. Aku hanya ingin berbahagia di hari raya. Tapi kalimat yang kalian
sampaikan telah melukai hatiku. Perih. Pedih.” ungkap sang ibu, lirih.
Sahabat tolongshare kisah diatas nyata terjadi, bahkan
pada zaman sekarang tidak sedikit pula orang tua dijadikan seperti pembantu
yang seenaknya menyuruh – nyuruh ibunya demi keperluannya, Tidak sedikit pula
anak yang sudah kaya, mempunyai jabatan dalam pekerjaaannya dan berpendidikan
tinggi kemudian menganggap orang tuanya sebagai pembantu dan mungkin mereka
membutuhkan orang tuanya hanya untuk keperluan – keperluannya saja ketika
dirasa tidak butuh orang tua mereka lupa begitu saja. Naudzubillah..Semoga kita
semua terhindar dari perbuatan yang tidak patut dicontoh seperti diatas.Aamiin
Sumber:Pelangimuslim.com