Tolongshareya – Sahabat tolongshareya, Berbuka puasa merupakan
waktu yang paling ditunggu-tunggu saat Ramadhan. Bagaimana tidak, setelah
seharian menahan lapar dan dahaga, menyantap hidangan berbuka menjadi
kebahagiaan tersendiri bagi yang berpuasa.
Sebelum menyantap hidangan menu berbuka, Umat Islam biasanya akan mengawalinya dengan membaca doa terlebih dahulu. Selama ini, doa termasyhur saat berbuka puasa berbunyi Allahumma laka shumtu wa bika aamantu. Doa ini sering muncul di media televisi jelang memasuki waktu berbuka.
Ternyata doa berbuka yang terkenal ini tidak menjadi jaminan
shahih derajatnya. Bahkan dikatakan bahwa doa tersebut dho’if sehingga amalan
tidak bisa dibangun dengan do’a tersebut. Lantas seperti apa doa yang benar dan
sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW? Berikut ulasannya.
Memang, Allah lah yang mempunyai hak prerogatif memberikan pahala atas doa berbuka puasa yang diucapkan. Namun, hendaknya kita mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Doa berbuka puasa yang masyhur dan terkenal berbunyi:
“Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka).”
Dari Mu’adz bin Zuhrah, sesungguhnya jika Nabi saw berbuka puasa, beliau membaca (doa), ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu’ (ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka)”. (HR. Abu Daud 2/316, no. 358)
Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dho’if yaitu Daud bin Az Zibriqon, dia merupakan seorang perowi matruk (yang dituduh berdusta). Jadi riwayat ini juga dho’if.
Sementara menurut Mulla ‘Ali Al Qori “Tambahan ‘wa bika aamantu‘ adalah tambahan yg tidak diketahui sanadnya dan tidak jelas serta ada Rawi yg lemah dan pendusta”. (Mirqotul Mafatih, 6/304-ed.)
Mua’dz ini tidaklah dianggap sebagai perawi yang tsiqah (dipercaya). Keterangan lainnya menyebutkan bahwa Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sanad yang terputus.
Lantas seperti apa doa berbuka puasa yang benar? Berikut adalah doa berbuka puasa sesuai tuntunan Rasulullah SAW:
“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.”
[Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki](Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678) [7]
Periwayat hadits adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Pada awal hadits terdapat redaksi,
“Abdullah bin Umar berkata, ‘Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan ….‘”
Doa ini dibaca ketika telah membatalkan puasa. Sementara saat akan berbuka, cukup dengan mengucapkan bismillah.
Doa berbuka shahih lainnya yang bisa dibaca adalah “Allahumma inni as-aluka bi rohmatikal latii wasi’at kulla syain an taghfirolii” [Ya Allah, aku memohon rahmatmu yang meliputi segala sesuatu, yang dengannya engkau mengampuni aku](HR. Ibnu Majah: 1/557, no. 1753; dinilai hasan oleh al-Hafizh dalam takhrij beliau untuk kitab al-Adzkar; lihat Syarah al-Adzkar: 4/342)
Semoga ulasan ini menjadi pengetahuan baru bagi sahabat tolongshareya. Jika ada referensi lainnya Silakan tambahkan pada kolom komentar di bawah ini. Terimakasih telah membaca.
Memang, Allah lah yang mempunyai hak prerogatif memberikan pahala atas doa berbuka puasa yang diucapkan. Namun, hendaknya kita mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Doa berbuka puasa yang masyhur dan terkenal berbunyi:
“Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka).”
Dari Mu’adz bin Zuhrah, sesungguhnya jika Nabi saw berbuka puasa, beliau membaca (doa), ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu’ (ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka)”. (HR. Abu Daud 2/316, no. 358)
Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dho’if yaitu Daud bin Az Zibriqon, dia merupakan seorang perowi matruk (yang dituduh berdusta). Jadi riwayat ini juga dho’if.
Sementara menurut Mulla ‘Ali Al Qori “Tambahan ‘wa bika aamantu‘ adalah tambahan yg tidak diketahui sanadnya dan tidak jelas serta ada Rawi yg lemah dan pendusta”. (Mirqotul Mafatih, 6/304-ed.)
Mua’dz ini tidaklah dianggap sebagai perawi yang tsiqah (dipercaya). Keterangan lainnya menyebutkan bahwa Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sanad yang terputus.
Lantas seperti apa doa berbuka puasa yang benar? Berikut adalah doa berbuka puasa sesuai tuntunan Rasulullah SAW:
“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.”
[Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki](Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678) [7]
Periwayat hadits adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Pada awal hadits terdapat redaksi,
“Abdullah bin Umar berkata, ‘Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan ….‘”
Doa ini dibaca ketika telah membatalkan puasa. Sementara saat akan berbuka, cukup dengan mengucapkan bismillah.
Doa berbuka shahih lainnya yang bisa dibaca adalah “Allahumma inni as-aluka bi rohmatikal latii wasi’at kulla syain an taghfirolii” [Ya Allah, aku memohon rahmatmu yang meliputi segala sesuatu, yang dengannya engkau mengampuni aku](HR. Ibnu Majah: 1/557, no. 1753; dinilai hasan oleh al-Hafizh dalam takhrij beliau untuk kitab al-Adzkar; lihat Syarah al-Adzkar: 4/342)
Semoga ulasan ini menjadi pengetahuan baru bagi sahabat tolongshareya. Jika ada referensi lainnya Silakan tambahkan pada kolom komentar di bawah ini. Terimakasih telah membaca.
Sumber : infoyunik.com