Tolong
Share - Pernahkah gusi kalian berdarah
ketika sholat dan lidahpun terasa asin. simak tanya jawab seseorang kepada Ustad.
Mau tanya Ustadz.
Bagi
Hukum Gusi Berdarah ketika Shalat, terkadang ketika shalat merasa
gusinya berdarah. Lidahnya mendapat rasa asin. Batalkah shalatnya? Apa yang
harus dilakukan?
Terima
kasih.
Jawaban:
Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Pertama, Gusi berdarah tidak membatalkan wudhu. Karena keluar darah
tidak menyebabkan wudhu seseorang menjadi batal. Diantara dalil tegas ini
adalah keterangan yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam shahihnya,
وَبَزَقَ ابْنُ
أَبِي
أَوْفَى دَمًا
فَمَضَى فِي
صَلاَتِهِ
“Ibnu Abi Aufa pernah meludahkan darah dan beliau tetap melanjutkan shalatnya.” (Shahih Bukhari).
Mengingat
keluar darah tidak membatalkan wudhu maka shalat yang dikerjakan juga tidak
batal.
Kedua, darah termasuk sesuatu yang haram dikonsumsi. Karena itu,
ketika gusi seseorang berdarah, dia dilarang untuk menelannya. Imam Ibnu
Utsaimin mengatakan
خروج الدم
من
الفم
بعد
الوضوء
لا
ينقض
الوضوء
بل
لو
خرج
من
غير
الفم
دم
كثير
أو
قليل
فإنه
لا
ينقض
الوضوء….
ولكن
إذا
خرج
الدم
من
الفم
فإنه
لا
يجوز
ابتلاعه لقوله
تعالى:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ. انتهى.
Keluar darah dari mulut setelah wudhu, tidak membatalkan wudhu. Bahkan jika keluar darah dari selain mulut, keluar banyak atau sedikit, tidak batal wudhunya…. Namun jika gusi berdarah, dia tidak boleh menelannya, karena Allah berfirman, (yanga artinya): “Diharamkan bagi kalian memakan bangkai dan darah.”
Ketiga, solusi paling tepat dalam hal ini adalah meludahkanya di
tisu atau sapu tangan, jika tidak memungkinkan meludahkannya di tanah.
Diantara dalil yang menunjukkan
bolehknya meludah ketika shalat,
1. Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemukan dahak yang menempel di tembok masjid yang searah dengan kiblat. Wajah beliau menunjukkan roman tidak nyaman, dan beliau mengeriknya, kemudian bersabda,
إِنَّ المُؤْمِنَ إِذَا
كَانَ
فِي
الصَّلاَةِ، فَإِنَّمَا يُنَاجِي رَبَّهُ، فَلاَ
يَبْزُقَنَّ بَيْنَ
يَدَيْهِ، وَلاَ
عَنْ
يَمِينِهِ، وَلَكِنْ عَنْ
يَسَارِهِ، أَوْ
تَحْتَ
قَدَمِهِ
Sesungguhnya
orang mukmin ketika sedang shalat, dia sedang bermunajat dengan Tuhannya.
Karena itu, janganlah dia meludah ke depan atau ke kanan, namun meludahlah ke
kiri atau ke bawah kakinya. (HR.
Bukhari 413)
2. Al-Bukhari dalam shahihnya
mengatakan,
وَبَزَقَ ابْنُ
أَبِي
أَوْفَى دَمًا
فَمَضَى فِي
صَلاَتِهِ
“Ibnu
Abi Aufa pernah meludahkan darah dan beliau tetap melanjutkan shalatnya.”
(Shahih Bukhari 1/46)
Dalil
di atas menunjukkan bahwa meludah ketika shalat tidaklah membatalkan shalat.
Keempat, bolehkah tisu bekas yang tercapur darah itu dimasukan
kedalam saku?
Pembahasan
ini kembali pada hukum darah, najis ataukah bukan najis. Pendapat yang kuat,
darah manusia bukan najis. Diantara dalilnya, keterangan Jabir radhiyallahu
‘anhu,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
فِي
غَزْوَةِ ذَاتِ
الرِّقَاعِ فَرُمِيَ رَجُلٌ
بِسَهْمٍ، فَنَزَفَهُ الدَّمُ، فَرَكَعَ، وَسَجَدَ وَمَضَى فِي
صَلاَتِهِ
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan peperangan Dzatur Riqa’.
Dan ada seorang sahabat yang terkena panah (ketika shalat), dan darahnya
keluar. Namun dia tetap lanjutkan rukuk dan sujudnya serta menyelesaikan
shalatnya. (Shahih Bukhari)
Karena
itu, tisu atau sapu tangan bekas darah ini boleh disimpan di saku.
Wallahu
a’lam
http://www.duniaislam.org/22/02/2016/hukum-gusi-berdarah-ketika-shalat/