Tolong Share - Beberapa persiapan yang harus di lakukan sebelum
menjadi hafizh hafizhah, Mudah- Mudahan wacana ini sangat membantu keinginan
anda untuk menjadi penghafal Al – Qur’an da mendapat Ridho Allah SWT. Aamiin
1. Membaca Al Qur’an
Sebelum menjadi penghafal Al
Qur’an seorang calon hafizh/hafizhah dituntut untuk belajar pertama kali
membaca Al Qur’an yang baik dan benar sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw., Belajar membaca Al Qur’an merupakan pintu gerbang pertama kali
bagi mereka yang akan menghafal sekaligus memahami Islam serta mendapatkan
keutamaan dan kebaikan yang banyak di sisih
Akan Tetapi sayangnya persiapan awal ini banyak menjumpai umat Islam yang buta huruf Al Qur’an. Sehingga kita pun kesulitan untuk mengambil manfaat dari Al Qur’an itu, terkhusus lagi untuk menghafal Al Qur’an, sehingga pada akhirnya rutinitas hidup kita pun sangat jauh dari nilai-nilai yang dianjurkan dalam Al Qur’an.
Tetapi Alhamdulillah,
akhir-akhir ini kita juga banyak menjumpai metode dan kiat-kiat praktis untuk
bisa membaca Al Qur’an dari usia balita sampai usia manula, misalnya metode
Tsaqifa, metode Al Barqi, metode An Nur dan lain-lain.
Adapun keutamaan membaca Al
Qur’an. Sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT dalam kalamNya dan Rosulullah SAW
dalam haditsnya, antara lain :
“Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah SWT dan mendirikan sholat dan
menafkahkan sebagian dari rezqi yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
merugi, Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukur” (Qs.
Al Faathir : 29 – 30 )
Dari
Abu Musa Al – Asy’ari ra, Rosulullah SAW bersabda :
Perumpamaan orang mu’min yang selalu membaca Al Qur’an bagaikan buah utruj (lemon) baunya semerbak dan rasanya enak, dan perumpamaan orang mu’min yang jarang membaca Al Qur’an seperti buah korma, tidak ada baunya tetapi rasanya manis, dan perumpamaan orang munafik yang suka membaca Al Qur’an seperti raihanah (semacam kemangi) baunya harum tetapi rasanya pahit, sedangkan perumpamaan orang munafik yang tidak suda membaca Al Qur’an seperti buah pare, tidak ada bau dan rasanya pahit.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Dalam membaca Al Qur’an ini,
seyogyangya harus sudah ditanamkan pertama kali dalam rumah tangga serorang
muslim. Sehingga kita akan mendapati rumah tangga tersebut tidak jauh dari Al
Qur’an.
Selain banyaknya fadhilah dan
keutamaan yang kita dapatkan, dengan membaca Al Qur’an ini sekaligus sebagai
syifa’ (obat) bagi hati kita yang sedang sakit maupun mati kita yang mengeras.
Dengan membaca Al Qur’an Insya’ Allah hati kita akan merasa tentram.
2.
Membaguskan tajwid
Setelah mampu membaca dengan
lancar, aktivitas yang harus dijalani sebagai calon penghafal Al Qur’an yakni
membaguskan tajwid. Hal ini dilakukan mengingat banyak dijumpainya kesalahan
dalam membaca, sehingga kesalahan baca ini berakibat berubahnya makna atau arti
yang terkandung dalam Al Qur’an ini.
Oleh karena itu hendaklah
setiap muslim segera mempelajari ilmu nahwu dan kaidah-kaidah I’rab karena
merupakan kunci untuk memahami kitabullah dan meluruskan bacaan tilawahnya.
Juga untuk meluruskan pengucapan agar selamat dari kesalahan.
Abu
Mazahim Al Khaqani berkata :
Wahai
pembaca AlQur’an, perbaguslah membacanya
Niscaya
Allah melipat gandakan pahala bagimu.
Tidak
semua yang membaca Al Kitab berlaku lurus
Dan
tidak setiap orang yang membacakan kepada manusia adalah pembaca
Ilmu
Al Qur’an pertama adalah cermat menjaganya dan mengetahui kekeliruan bila
kesalahan terjadi
Jadilah
orang yang mengerti tentang kesalahan cara mengucapkan apa saja yang engkau tak
mengerti.
Tak
ada alasan bagi orang yang tak mengerti
3.
Menghafal Al – Qur’an
Aktivitas selanjutnya setelah
lancar membaca dan membaguskan bacaan adalah menghafal sedikit demi sedikit
ayat-ayat Al Qur’an dan mengadakan pengulangan terus agar hafalan yang sudah
teraih tidak hilang. Disamping itu agar hafalan yang sudah diraih semakin kuat
dalam memory kita.
4.
Setoran hafalan pada pembimbing tahfizh
Setoran hafalan pada pembimbing
tahfizh ini sesungguhnya kaidah baku sejak zaman Rosulullah SAW.
Bahwa Al Qur’an diambil dengan cara talaqqi, belajar dari mulut ulama yang
pakar tentang lafadz-lafadznya, sehingga seorang murid tidak terjerumus dalam
kekeliruan membaca atau mengucapkan sebagian lafadz-lafadz Al Qur’anul Karim
serta kesalahan mengucapkan kesalahan kata-kata Al Qur’an tanpa mengetahuinya.
Mereka mengatakan :”Musibah yang paling besar adalah menggangap
lembaran – lembaran tulisan sebagai guru.”
Iman Al Hasan bin Abdullah Al
Askariy (wafat tahun 382) mengarang buku yang mengecam tashhif. Tashif adalah
kesalahan dalam lafadz yang menyebabkan salah dalam makna dan keluar dari
belajarnya seorang murid tentang Al Qur’an dari mushaf/tulisan tanpa mendengar
langsung dari mulut seseorang.”
Oleh : Ustadzah
Romlah Naila Hafazhah Fillah
Sumber: akhwatmuslimah.com