Tolong Share - Konon, Thomas Alfa Edison adalah anak yang bodoh,
sehingga ia dikeluarkan dari sekolah.
Thomas Alva Edison adalah penemu dan pengusaha yang mengembangkan banyak peralatan penting. Si Penyihir Menlo Park ini merupakan salah seorang penemu pertama yang menerapkan prinsip produksi massal pada proses penemuan
Gurunya mengirimkan surat untuk ibunya, agar ia
tidak datang lagi ke sekolah.
Ketika sang ibu membaca surat itu, ia membacakannya
dengan keras di depan putranya:
"Anak ibu terlalu pintar, dan sekolah ini
terlalu sederhana untuknya."
Sejak itu, sang ibu mengajari sendiri putranya,
sehingga ia menjadi orang besar yang kita kenal sampai saat ini.
Setelah sang ibu meninggal, Thomas Alfa Edison
membuka laci ibunya, dan ia menangis sejadi-jadinya ketika membaca surat yang
pernah dikirimkan gurunya sewaktu ia masih kecil, yang ternyata berbunyi:
"Anak anda adalah orang gila, dan kami tidak
mau ia datang ke sekolah ini lagi selama-lamanya."
Pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari kisah
tersebut adalah:
"Betapa sebuah kalimat dapat memberikan
perubahan yang drastis pada seseorang".
Seandainya ibu itu turut mencela dan mencaci anaknya
seperti yang dilakukan gurunya, apakah jadinya anak tersebut?
Akan tetapi, ia telah mengubah kalimat-kalimat
negatif menjadi kalimat yang memotivasi sang anak.
Itu adalah
sebuah kisah dari seorang yang tidak mendapatkan hidayah Islam, BOLEH saja kita
mengagumi dan mengambil hikmah dari kisah tersebut.
TETAPI,
seandainya kita mau mempelajari agama kita, ternyata ada banyak sekali anjuran
dan perintah untuk berkata baik dan meninggalkan perkataan buruk, seperti dalam
hadīts dan ayat berikut:
🍃
Ucapan yang baik mendatangkan keridhaan Allāh dan mengangkat derajat hamba di
hadapan Allāh.
Dalam shāhih Bukhāri, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi
wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ
اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَادَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي
بِهَا فِي جَهَنَّمَ
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan sebuah
kalimat yang diridhai oleh Allāh , tanpa ia sadari, sehingga Allāh angkat
derajatnya (di surga), dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan sebuah
kalimat yang dimurkai Allāh , tanpa ia sadari, maka Allāh menjatuhkannya ke
dalam neraka jahannam."
Ucapan yang baik adalah Shadaqah.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam hadis muttafaqun alaih:
وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
Artinya: " Ucapan yang baik adalah
Shadaqah".
Ucapan yang
baik merupakan tanda keimanan.
Beliau
Shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allāh dan hari
akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik-baik atau diam."
(HR Bukhāri dan Muslim)
Ucapan yang
baik menghalangi masuknya bisikan Syaithān ke dalam hati manusia.
Orang yang berjihad untuk senantiasa berkata baik
dan menahan dirinya dari perkataan buruk akan lebih sulit dihasut oleh
Syaithān.
Allāh berfirman dalam surat Al Isrā : 53
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ
الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوًّا
مُبِينًا
“Dan katakanlah kepada para hamba-Ku hendaknya
mereka mengatakan perkataan yang lebih baik, sesungguhnya Syaithān itu
melakukan hasutan di antara mereka. Sesungguhnya Syaithān adalah musuh yang
nyata bagi manusia.”
Ucapan yang
baik merupakan sebab ampunan.
قال صلى الله عليه وسلم: «إِنَّ مِنْ مُوجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ
بَذْلُ السَّلامِ، وَحُسْنُ الْكَلامِ»
"Sesungguhnya yang menyebabkan ampunan adalah
menyebarkan salam dan memperbagus ucapan."
(HR Thabrāni)
Ucapan yang
baik sebab keselamatan dari api neraka.
Dalam suatu hadīts disebutkan bahwa Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam
menggambarkan keadaan neraka seakan-akan beliau sedang melihatnya,
kemudian beliau berkata:
"Takutlah kalian kepada neraka, walaupun hanya
dengan sebutir kurma, dan barangsiapa yang tidak mendapati (kurma) maka dengan
ucapan yang baik".
(HR Bukhāri dan Muslim)
Ucapan yang
baik sebab dimasukkan ke dalam surga
Dari 'Ali Radhiyallāhu 'anhu beliau berkata :
"berkata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
"Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah kamar
yang bagian luarnya tampak dari dalamnya, dan bagian dalamnya tampak dari
luarnya,
maka bertanyalah seorang Arab Badui:
"Untuk siapakah itu Yā Rasūlullāh ?
Rasūl menjawab:
"Untuk orang yang memperbaiki ucapan, memberi
makan orang lain, rajin berpuasa, dan shalat malam ketika manusia sedang
tidur."
Berkata baik
juga merupakan tradisi para Salāfus Shalih, diantaranya kisah Rabi' bin Hasyim.
Berkata Ibrāhim At Taimiy:
"Telah mengabarkan kepadaku orang yang menemani
Rabi' bin Hasyim selama 20 tahun, tidaklah ia mendengar darinya satu kalimat
celaan".
Kemudian dikatakan kepada Rabi' :
"Mengapa kamu tidak pernah mencela orang?"
Ia menjawab:
"Demi Allāh , mengapa aku mencela orang lain
sedangkan aku terkadang tidak ridha terhadap diriku sendiri?"
Sesungguhnya
kebanyakan orang takut adzab Allāh karena dosa-dosa yang dilakukan orang lain,
tetapi merasa aman dari dosa-dosa mereka sendiri.
Karenanya, marilah kita berjihad untuk selalu
menjaga lisan kita, mengarahkannya pada hal-hal yang baik, dan menahannya dari
ucapan-ucapan buruk.
Mulai sekarang, kurangilah kalimat-kalimat:
√ Celaan
√ Umpatan
√ Sindiran
√ Makian (baik kepada teman, bawahan, bahkan pada
anak-anak kita)
Cukuplah hadīts berikut menjadi pengingat bagi kita:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ، وَلَا اللَّعَّانِ،
وَلَا الْفَاحِشِ، وَلَا الْبَذِيءِ
"Bukanlah golongan orang yang beriman orang
yang banyak mencela, melaknat, berkata cabul, dan berkata tidak sopan".
(HR Tirmidzi)
Sampaikanlah kepada orang lain maka ini akan menjadi shodaqoh jariyah pada setiap orang yang kamu share. Dan apabila kemudian dia mengamalkannya maka kamu juga ikut mendapat pahalanya sampai hari kiamat. Aamiin Allahuma Amiin.
Sumber : bimbinganislam.com