Tolongshareya
– Sahabat tolongshareya Bulan suci ramadhan yang sudah semakin dekat membut beberapa
orang melakukan beberapa ritual tradisi yakni seperti nyekar atau bahkan ada
yang bermaaf-maafan. Ramadhan merupakan bulan yang paling dinanti karena
keberkahannya yang tiada henti. Keberkahan terbesar dari Ramadhan ini adalah
nikmat puasa yang digantikan dengan pahala yang begitu besar dari Allah SWT.
Ada
tradisi maaf maafan setelah Ramadhan berakhir, namun apakah perlu maaf-maafan
ini dilakukan sebelum Ramadhan? Inilah jawabannya seperti yang dikutip dari
islampos.
“Ketika
Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau
mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah
mengatakan Amin, terkejut, dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para
sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika
selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian
beliau menjelaskan, “Ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril
dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.
Setelah
diteliti lebih lanjut, ternyata hadits tersebut tidak jelas asal-usulnya.
Hadits yang menyebutkan bahwa puasa kita tidak akan diterima ketika kita tidak
bermaaf-maafan adalah hadits yang bisa jadi disebarkan oleh pembuat hadits yang
ingatannya rusak, sehingga makna hadits berubah. Atau hadits tersebut
dikait-kaitkan dengan tradisi yang biasa dilakukan sebelum bulan Ramadhan.
Artinya,
bukan berarti puasa kita akan sia-sia ketika kita belum bermaaf-maafan. Tetapi,
bukan berarti juga kita lantas menyepelekan proses bermaaf-maafan ini.
Rasulullah
bersabda, “Orang yang pernah menzalimi saudaranya dalam hal apa pun, maka hari
ini ia wajib meminta agar perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya,
sebelum datang hari saat tidak ada ada dinar dan dirham, karena jika orang
tersebut memiliki amal saleh, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi
kezalimannya. Namun, jika ia tidak memiliki amal saleh maka ditambahkan
kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zalimi,” (HR. Bukhari, no. 2449).
Baik
itu akan masuk bulan Ramadhan atau tidak, dalam hadits tersebut disebutkan
bahwa meminta maaf atas kesalahan yang kita lakukan, paling baik dilakukan
dengan segera, kenapa? Karena kita tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput.
Ketika kita belum meminta maaf atas kezaliman yang kita lakukan pada orang lain
dan ajal sudah menjemput.
Memaafkan
kesalahan orang lain adalah amalan yang mulia. Allah mewajibkan kita untuk
memberi maaf kepada orang lain, seperti dalam firman Allah, “Jadilah engkau
pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada
orang-orang yang bodoh,” (QS. Al-A’raf: 199).
Nah
sahabat tolongshareya, jadi ‘syarat’ itu tidaklah benar. Namun alangkah baiknya
jika maaf-maafan sesama manusia tidak hanya dilakukan sebelum atau sesudah
Bulan Ramadhan saja, tapi juga di hari-hari lainnya.
Semoga
bermanfaat.
Sumber:Wajibbaca