Tolongshareya
– Sahabat tolongshareya semua orang tentu mengharapkan pada bulan penuh
keberkahan yakni bulan suci ramadhan dianugerahi malam lailatul qadar. Di
antara keutamaan waktu di bulan Ramadhan adalah adanya pelipatgandaan pahala,
dan termudahkannya beramal kebaikan. Anjuran banyak melakukan ibadah ini lebih
ditekankan lagi ketika memasuki sepuluh akhir Ramadhan.
Rasulullah
menganjurkan umatnya untuk mengharap dianugerahi Lailatul Qadar pada bulan yang
sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh keduanya adalah ampunan, dan sepuluh
akhirnya adalah bebas dari neraka ini. Walaupun, hakikatnya memang tidak ada
yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar kecuali Allah
‘azza wajalla. Hanya saja, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengisyaratkan dalam sabdanya:
تَحَرَّوْا ليلة
القدر في
العشر الأواخر
من رمضان
“Carilah
Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. ” (Muttafaqun ‘alaihi
dari Aisyah radliyallahu ‘anha)
Sebagian
Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar
[1]
Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas,
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ
لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ
طَلَقَةٌ لَا
حَارَةً وَلَا
بَارِدَةً تُصْبِحُ
الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا
ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul
qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak
begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak
kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah
tsiqoh/terpercaya)
[2]
Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut
dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari
yang lain.
[3]
Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada
sebagian sahabat.
[4]
Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar.
Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar,
seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih
Fiqh Sunnah II/149-150)
Sahabat
tolongshareya NASA Ikut Mengungkap Malam Lailatul Qadar
Pada
saat membuktikan tanda – tanda malam Lailatul Qadar yang diungkapkan oleh
Rasulullah SAW itu , Badan Nasional Antariksa Amerika menemukan bahwa pada
suatu malam terjadi fenomena aneh karena tidak ada meteor yang jatuh ke
atmosfer bumi serta suhu udara sedang. Padahal pada malam-malam biasa, jumlah
meteor yang jatuh ke atmostfer bumi sekitar 20 meteor. Selain itu, NASA juga menemukan
bahwa matahari begitu bersinar cerah namun tidak ada radiasi cahaya sekalipun.
Semua
fakta yang di dapatkan oleh pihak NASA ini memang sengaja bagi mereka untuk
tidak mempublikasikan fakta – fakta ini , bahkan NASA sering mendapat kritikan
dari para pakar Islam karena kerap menyembunyikan fakta-fakta kebenaran tentang
Al-Qur’an.
Seperti
Ini Cara Menandai Malam Lailatul Qadar Menurut Imam Al-Ghazali
“Bahwasanya
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari
terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau.”
Lebih
khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ
الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ
الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
“Carilah
Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan
Ramadan)”. (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radliyallahu ‘anha)
Dan
lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada rentang tujuh hari terakhir
dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa Lailatul
Qadar tiba di tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah bersabda:
أَرَى رُؤْيَاكُمْ
قَدْ تَوَاطَأَتْ
فِي السَّبْعِ
الْأَوَاخِرِ فَمَنْ
كَانَ مُتَحَرِّيهَا
فَلْيَتَحَرَّهَا فِي
السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
“Aku
juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh
hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia
mencarinya pada tujuh hari terakhir. ” (muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar
radhiyallahu ‘anhuma)
Dalam
riwayat Muslim dengan lafazh:
الْتَمِسُوهَا فِي
الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
يَعْنِي لَيْلَةَ
الْقَدْرِ فَإِنْ
ضَعُفَ أَحَدُكُمْ
أَوْ عَجَزَ
فَلَا يُغْلَبَنَّ
عَلَى السَّبْعِ
الْبَوَاقِي
“Carilah
Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian
merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari
yang tersisa dari bulan Ramadhan. ” (HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar radliyallahu
‘anhuma)
Yang
lebih khusus lagi adalah malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul
Qadar:
لَيْلَةُ سَبْع
وَعِشْرِيْنَ
“(Dia
adalah) malam ke-27. ” (HR. Abu Dawud, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan
radliyallahu ‘anhuma, dalam Shahih Sunan Abi Dawud. Sahabat Ubay bin Ka’b radhiyallahu
‘anhu menegaskan:
والله إني
لأعلمها وأكثر
علمي هي
الليلة التي
أمرنا رسول
الله صلى
الله عليه
وسلم بقيامها
هي ليلة
سبع وعشرين
Demi
Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku
bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR.
Muslim)
Dengan
demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada sepuluh
akhir Ramadhan, terutama pada malam tanggal ganjil.
Dalam
hadits Abu Dzar disebutkan:
أَنَّهُ قَامَ
بِهِمْ لَيْلَةَ
ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ،
وَخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ،
وَسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ،
وَذَكَرَ أَنَّهُ
دَعَا أَهْلَهُ
وَنِسَاءَهُ لَيْلَةَ
سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ
خَاصَّةً
“Bahwasanya
Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh
tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan
bahwasanya beliau mengajak salat keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua
puluh tujuh (27).”
Para
ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan Lailatul
Qadar. Menurut keterangan Fathul Qarib, Hasyiah Al-Bajury, dan Fathul Muin
beserta Ianatut Thalibin, Imam Syafii menyatakan bahwa Lailatul Qadar itu ada
pada sepuluh akhir Ramadhan, lebih-lebih pada malam ganjilnya, dan yang paling
diharapkan adalah pada malam 21, atau 23 Ramadhan.
Di
antara ulama yang menyatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu
adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abul Hasan as
Syadzili. Bahkan dinyatakan bahwa Syekh Abu Hasan semenjak baligh selalu
mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.
Menurut
Imam Al-Ghazali dan juga ulama lainnya, sebagaimana disebut dalam I’anatut
Thalibin juz 2, hal. 257, bahwa cara untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa
dilihat dari hari pertama dari bulan Ramadan:
قال الغزالي
وغيره إنها
تعلم فيه
باليوم الأول
من الشهر
فإن كان
أوله يوم
الأحد أو
يوم الأربعاء
فهي ليلة
تسع وعشرين
أو يوم
الاثنين فهي
ليلة إحدى
وعشرين
أو يوم
الثلاثاء أو
الجمعة فهي
ليلة سبع
وعشرين
أو الخميس
فهي ليلة
خمس وعشرين
أو يوم
السبت فهي
ليلة ثلاث
وعشرين
قال الشيخ
أبو الحسن
ومنذ بلغت
سن الرجال
ما فاتتني
ليلة القدر
بهذه القاعدة
المذكورة
1.
Jika awalnya jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada
malam ke-29
2.
Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21
3.
Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum'at maka Lailatul Qadar jatuh pada
malam ke-27
4.
Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25
5.
Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23
Syekh
Abul Hasan As-Syadzili berkata:
“Semenjak
saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah melesat dengan jadwal
atau qaedah tersebut."
Kaidah
ini sesuai dengan keterangan dalam Hasyiah al-Jamal, hal. 480:
كما اختاره
الغزالي وغيره
وقالوا إنها
تعلم فيه
باليوم الأول
من الشهر
فإن كان
أوله يوم
الأحد أو
الأربعاء فهي
ليلة تسع
وعشرين أو
يوم الاثنين
فهي ليلة
إحدى وعشرين
أو يوم
الثلاثاء أو
الجمعة فهي
ليلة سبع
وعشرين أو
يوم الخميس
فهي ليلة
خمس وعشرين
أو يوم
السبت فهي
ليلة ثلاث
وعشرين.
Berbeda,
kitab penulis Ianatut Thalibin dalam halaman 258, dan Hasyiah al-Bajury dalam
juz pertama halaman 304, mencantumkan kaidah lain:
وإناجميعا إن
نصم يوم
جمعة # ففى
تاسع العشرين
خذ ليلة
القدر
وإن كان
يوم السبت
أول صومنا#فحادي وعشرين إعتمده
بلاعذر
وإن هلّ
يوم الصوم
فى أحد
# ففى سابع
العشرين مارمت
فاستقر
وإن هلّ
بالإثنين فاعلم
بأنّه # يوافيك
نيل الوصل
فى تاسع
العشرى
ويوم الثلاثاإن
بدا الشهرفاعتمد
# على خامس
العشرين تحظ
بها القدر
وفى الأربعاء
إن هلّ
يامن يرومها
# فدونك فاطلب
وصلها سابع
العشي
ويوم الخميس
إن بدا
الشهر فاجتهد
# توافيك بعد
العشر فى
ليلة الوتر
Sahabat
tolongshareya berikut uraian mengenai jatuhnya lailatur qadar (Jika awal
puasanya Jumat, maka pada malam 29, jika Sabtu maka pada malam 21, jika Ahad
maka pada malam 27, jika pada Senin, maka pada malam 29, jika Selasa maka pada
malam 25, jika Rabu maka pada malam 27, jika Kamis maka pada sepuluh akhir
malam-malam ganjil).
Menyetujui
kaidah ini, berarti menurut formula atau patokan tersebut, malam Lailatul Qadar
pada 1438 Hijriah atau 2017 Masehi ini sesuai dengan keterangan dalam kitab
Hasyiah al-Bajury halaman 304, jika awal puasa itu hari Sabtu (27 Mei 2017),
insyaAllah Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21 (Kamis malam Jumat/15 Juni
2017 malam). Adapun menurut kitab Hasyiah Jamal dan Ianatut Thalibin halaman
257, maka Lailatul Qadar insyaAllah jatuh pada malam ke-23 (malam Ahad/17 Juni
2017 malam).
Kaidah
ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqih
bermadzhab Syafi’i (fiqh Syafi’iyyah). Rumus ini teruji dari kebiasaan para
ulama’ yang telah menemui Lailatul Qadar. Demikianlah ijtihad Imam Al-Ghazali
dan disetujui oleh banyak ulama sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab fiqih.
Tentang hakikat kepastian kebenarannya, jawaban terbaiknya adalah wallahu
‘a’lam (hanya Allah yang paling tahu).
Karena
itu, walaupun titik pusat konsentrasi qiyam ramadhan dan ibadah kita boleh
diarahkan sesuai dengan kaidah tersebut, hendaknya kita terus mencari malam
yang penuh kemuliaan itu di malam atau tanggal apa dan mana pun, dan terutama
pada malam ganjil, dan terutama pada malam-malam sepuluh akhir, dan terutama
lagi pada malam ganjil di sepuluh akhir.
Semoga
bermanfaat.
Wajibbaca